Minggu, 10 Juli 2016

Cerita Arung (1)

Arung sekarang sudah 3 bulan lebih. Ga kerasa ya padahal kayaknya baru kemarin saya belajar ganti popok dan ngerawat newborn. Awal Arung lahir, bawaannya nge-bluess melulu karena banyak pikiran dan agak tertekan. Arung lahir di bulan April, di mana kuliah saya berakhir di bulan Juni. Berat banget rasanya meninggalkan Arung di rumah, sementara saya kudu berangkat subuh ke kampus, belajar di kelas dan berjibaku dengan kemacetan jalan raya di sisa semester. Bangun subuh, siap-siap berangkat ke kampus, cium anak, cium suami dan berangkat. Kadang kalau jam 6 kurang saya sudah siap berangkat, biasanya saya susuin dulu Arung sampai kenyang. 



Alhamdulillah ada suami yang selalu siaga, mendukung,membantu dan melengkapi kekurangan dan ketidakhadiran saya di saat yg berat seperti itu.


Awal bulan konsumsi Arung adalah asi mix sufor. Kadang mata saya sering berkaca-kaca bahkan hampir menangis saat belajar di kelas jika membayangkan Arung harus saya tinggal Senin-Jumat dan minun sufor selama saya pergi. Saat di kelas kadang saya sedih saat asi saya merembes begitu saja dan terbuang. 


Saat itu saya sama sekali nggak ada kepikiran mau nongkrong atau jalan-jalan dulu sebelum pulang ke rumah. Pikiran saya tumpah ruah mengenai Arung. Dan ketika teman-teman ada yg mengajak ke kantin untuk sekedar nongkrong, saya kerap menolak dan ambil langkah seribu untuk pulang. Dalam pikiran saya: Ada nyawa yg sedang menunggu di rumah. 


Arung saat sering saya tinggal kuliah, gemuk karena sufor


Setiap kali pulang naik motor, kadang saya suka khilaf ngebut 100/km supaya cepat sampai. Dan saat menjejakkan kaki di teras rumah ada perasaan lega yang luar biasa. Saya sampai, saatnya kasih anak asi. 


Arung dulu sempat bingung puting saat usianya 2 bulan kurang 2 minggu. Ini disebabkan karena pemberian asi masih kalah banyak dengan sufor. Sedih sekali saat Arung menolak puting dan lebih lahap dengan susu dot. Pada saat itu saya marah sekali pada diri saya sendiri yang tidak bisa memberi asi full. Belum lagi saat Arung terjangkit flu untuk pertama kali. Saya begitu menyalahkan diri saya yang tidak bisa memberi asi sebagai anti-bodi terbaik untuk bayi. Saya pun bersabar. Menunggu hari demi hari sisa semester yang sangat menentukan kelulusan saya di kampus.



Dan libur semester pun tiba. Saya bahagia sekali akhirnya bisa jadi full-time mother. Arung, mama is yours now. Arung seperti balas dendam karena kurangnya asi di bulan pertama. Setiap hari, pagi, siang dan malam kecuali saat tidur selalu menyusu. Kadang lebih dari 2 jam Arung menyusu dan saat tidur pun masih menghisap. Terkadang walaupun sudah muntah kekenyangan, Arung just can't stop. Kalau istilah orang Banjar "gelugutan" di dada ibu. 




Dan hasil tidak pernah mengkhianati usaha. Berat badan Arung naik drastis. Baju-baju newbornnya sudah sesak di usia 2 bulan. Dan sekarang Arung beratnya lebih dari 6 kg dan tingginya hampir 70 cm (lahir 3.6 kg, 50 cm). 


Sehat terus ya anakku. Siapkan amunisi sejak dini itu mengarungi cakrawala yg sebenarnya. Mama dan ayah love you.