Selasa, 20 Februari 2018

Review Film: Black Panther (2018)

Sumber: Google

Sebuah meteor yang mengandung vibranium jatuh di Afrika. Materi ini sangat kuat, bahkan diklaim sebagai yang terkuat sehingga diperebutkan dan menyebabkan peperangan antar suku. Hingga akhirnya Dewi Bash (lewat tanaman yang mengandung vibranium) memberi berkat kepada Bashenga, seorang prajurit untuk menyatukan lima suku yang berperang tadi menjadi sebuah negara yang bernama Wakanda.

Berkat vibranium, Wakanda dapat menciptakan peralatan teknologi secanggih alien. Mereka dipimpin oleh seorang raja yang menyandang kekuatan Black Panther. Akan tetapi, karena ketakutan akan ancaman peperangan dan kehancuran, Wakanda memilih untuk mengisolasi diri dari dunia internasional. Wakanda menampilkan diri sebagai negara Third World Country yang kering, miskin, dan jauh dari kata modern.  

Setelah Raja T’Chaka mati dalam film Civil War, putranya T’Challa menggantikan posisinya sebagai King of Wakanda a.k.a Black Panther. T’Challa harus menjalani beberapa ritual sebelum menjadi raja. Acara ritual berjalan lancar, walaupun ada satu suku yang menantang , tapi overall T’Challa tetap memegang kendali tanpa harus membunuh penantangnya.

Nun jauh di luar Wakanda, ada seorang pria yang hot MasyaAllah yang membantu Ulysses Klaue (Age of Ultron) untuk mencuri dan memperjualbelikan secara ilegal artefak-artefak ber-vibraniumnya Wakanda. Sambil menyelam minum air, Abang Black Panther pun bersama timnya mengusut transaksi tersebut, sekalian ingin bertemu dengan tersangka penyebab kematian ayahnya.

Ternyata misi T’Challa semakin melebar saat mengetahui kebenaran yang disembunyikan Raja T’Chaka semasa hidupnya. Tugas T’Challa pun semakin berat karena ia harus menyelesaikan segala permasalahan sambil melihat kembali  sejarah Wakanda.



Killmonger: The Villain That Steals The Show


Sumber: IMDB

Selama mengikuti film-film MCU, saya merasa tidak ada celah di mana saya akan tertarik pada villainnya. Tapi baru kali ini saya begitu tertarik pada Erik Killmonger, yang diperankan dengan sangat baik oleh Michael B. Jordan. Saat Killmonger berdiri di depan etalase koleksi museum, siapa yang menyangka ia akan menjadi penjahatnya?

Killmonger adalah penjahat yang paling realistis nan humanis. Kenapa? Killmonger membunuh dengan alasan bahwa para minoritas telah tertindas dalam waktu yang lama dan Wakanda hanya diam saja menyaksikan kaum mereka menderita sementara mereka hidup nyaman dengan teknologi super canggih. Beralasan banget kan kebenciannya?

Mungkin karena saya sudah dijejali dengan sejarah perbudakan kulit hitam dan film-film bertemakan rasialis, maka saya pun menggumamkan “yes” untuk Killmonger saat adegan T’Challa dibunuh dan dibuang ke dasar air terjun.

Michael B. Jordan dalam menampilkan Killmonger sangat pas dan rapi. Sorot matanya yang penuh kebencian namun cool, membuat karakternya begitu kuat, bahkan melebihi Chadwick Boseman sebagai T’Challa. Dilengkapi dengan badan yang Subhanallah, Jordan sungguh mencuri perhatian dalam setiap adegan.

So, thank’s to Killmonger, karena karakter T’Challa yang filosofis nan membosankan itu tergali dengan baik berkat keberadaan Killmonger yang memaksanya untuk kembali melihat ke belakang; keluarganya dan sejarah Wakanda.   


Badass Female Warriors


Selain Killmonger, yang mencuri perhatian dalam film ini adalah para pejuang perempuan.

Ada Nakia (diperankan Lupita Nyong’o), seorang mata-mata yang bertugas di luar Wakanda. Dalam film ini, begitu terlihat bahwa akting Nyong’o telah mengalami banyak kemajuan setelah 12 Years Slave. Looknya yang manis dan natural, kostum yang keren dan fighting scenes membuatnya patut untuk dijuluki African’s Sweetheart.

Ada Okoye (Danai Gurira), Sang Jenderal, pemimpin pasukan elit Dora Milaje yang isinya perempuan semua. Okoye adalah pengawal setia kerajaan. Dengan tombaknya, ia mampu bertarung dengan keren tanpa terluka. Okoye sangat mencintai Wakanda, ia rela membunuh kekasihnya jika perlu. Saking meyakinkannya akting Gurira, sampai-sampai saya merasa bahwa Wakanda does exist karena semangat juangnya berasa sekali.

Shuri (Letitia Wright), adik T’Challa yang juga seorang ilmuwan hebat Wakanda. Ia membantu T’Challa mengembangkan teknologi untuk memajukan dan melindungi Wakanda. Menurut saya keberadaan Shuri juga sangat penting dalam film ini karena hubungan kakak-adik yang ditampilkan menambah sisi down to earth bagi T’Challa.


Showing Off The Black Beauty

Oke, lupakan fighting scene ala Marvell. What I love the most about this movie is their details on the tribe’s things. Kostum, paduan warna, corak-corak yang ditampilkan, and the black beauty of course! Futuristik sekaligus tradisional. Afrofuturism, they said. Perancang kostum film ini, Ruth E. Carter bersama timnya yang berjumlah 100 orang lebih memastikan bahwa kostum yang ia ciptakan untuk Wakanda adalah sebuah bentuk penghormatan kepada Afrika. Ia mengambil beberapa referensi langsung dari berbagai suku di seluruh wilayah di Afrika.

Contohnya, topi (mahkota) yang dikenakan Ramonda, ibu T’Challa yang terinspirasi dari perempuan-perempuan Zulu yang sudah menikah. Kalung manik yang dikenakan Okoye dan mostly prajurit perempuan Dora Milaje yang terinspirasi dari suku Maasai. Neck ring yang dipakai Okoye terinspirasi dari suku Ndebele. Wardrobe serba hijau yang dikenakan Nakia, terinspirasi dari suku Suri. Jadi dapat dikatakan bahwa kostum dan segala pernak-pernik besar maupun kecil merupakan simbol dari keseluruhan Afrika. Thank's to Ruth!

Sumber: Google

Sumber: Google

Sumber: Google

Para cast pun ditampilkan dalam rambut natural mereka. Tidak ada “paksaan  kulit putih” dalam film ini. Afrika patutlah bangga dicitrakan dengan arif sekali dalam film Black Panther ini.

Satu kalimat untuk film ini. This time’s for Africa! Tsamina mina  e e waka waka e e


0 komentar:

Posting Komentar