Kalau Anda penikmat serial Upin & Ipin, pastilah tahu dengan sosok Uncle Muthu. Ya, dia adalah pemilik warung makanan berkonsep outdoor di Kampung Durian Runtuh. Upin, Ipin dan kawan-kawannya sering makan Es ABCD di warung tersebut.
Dilihat dari logatnya, Uncle Muthu adalah seorang pria Tamil. Uncle Muthu dihadirkan dengan tampilan kaos kutang, bersarung, dan berkumis baplang seperti Pak Raden. Dia suka menggoyangkan kepalanya saat berbicara dan kerap melontarkan pernyataan-pernyataan lucu. Uncle Muthu tentunya sangat fasih berbahasa Melayu dengan logat Tamil yang kental.
But, wait. Apa yang menarik dari sosok Uncle Muthu?
Menurut saya, dia adalah sosok yang paling positif dan berbesar hati dalam serial ini.
Kenapa?
Well, coba Anda bayangkan. Menjadi seorang etnis minoritas yang berbeda kultur dan agama, hidup sendirian tanpa keluarga, juga bekerja di sektor kuliner, di mana kamu harus bertatap muka dengan pelanggan yang sebagian besar minoritas Melayu dan Muslim. Man, that's the toughest thing as a minority!
Menjadi Uncle Muthu itu berat, Milea! Menjadi seorang minoritas yang populasinya sedikit di sebuah wilayah dan bekerja di sektor jasa itu BERAT.
Kamu akan dituntut untuk sempurna. Salah sedikit saja, bisa mampus nama baik etnismu di wilayah tersebut.
Andai saja begini: Uncle Muthu tidak menjaga kebersihan warung outdoor-nya sehingga seluruh kawula Kampung Durian Runtuh akan mencap "warung Tamil itu kotor" atau "orang Tamil itu jorok". Sehingga cacatlah semua orang Tamil yang punya warung di seluruh dunia di mata warga Kampung Durian Runtuh. Jadi semisal si Upin sudah besar dan berkuliah di England sana dan menemukan warung Tamil, bisa jadi Ia akan teringat warung Uncle Muthu yang kotor di kampungnya sehingga Ia enggan makan di warung Tamil mana pun. Generalisasi etnis.
Itu cuma contoh lho ya....
Di balik serunya kisah Upin dan Ipin c.s, beserta keragaman yang ditampilkannya di serial dengan kehadiran Uncle Muthu, Uncle Ahtong, Meimei, Jarjit dan Susanti, ada yang sebenarnya tidak bisa dilihat secara sederhana.
Serial ini memang diperuntukkan untuk anak, maka kemajemukan tokoh-tokohnya disajikan dengan sederhana. Tak ada konflik etnis di dalamnya. Ya, iyalah!?
Kemajemukan tidak bisa direnda begitu saja secara sederhana. Saya yakin ada kepentingan di balik masyarakat yang majemuk, tapi adem ayem saja. Wong gak majemuk aja bisa konflik, apalagi yang majemuk. Tentunya diperlukan tiang pancang untuk membuat semuanya stabil. Ya, ibaratnya merenda sebuah tirai, diperlukan "tiang pancang" untuk membuat segalanya terlihat indah dan rapi, bukan?
Tinggal di Malaysia selama lebih dari lima tahun, meninggalkan jejak pada benak saya bahwa masyarakat Malaysia itu taat pada aturan dan sistem. Gak heran negaranya rapi jali macem begitu. Orang-orang diajarkan untuk menolerir sistem, dan menolerir satu sama lain, tetapi diam-diam mereka kadang-kadang melontarkan komentar rasis. Tapi ada satu "tiang pancang" penegak keberlangsungan dan persatuan di negara itu. Apa coba?
Kepentingan.
Persatuan yang berlangsung di Malaysia sekarang adalah persatuan demi kelangsungan hidup, sifatnya instrumental, kalkulatif, dan semu, dan bukan persatuan yang murni. Kepentingan menjadi dasar dari keseimbangan sosial. Dan ini juga terjadi kok di belahan dunia mana pun, termasuk di negara kita.
Sekian.


0 komentar:
Posting Komentar