Kamis, 21 Februari 2019

Resep Bahagia

Source: Pinterest

Dalam novelnya Paulo Coelho yang berjudul The Alcemist, diceritakan ada seorang pemilik toko mengirim puteranya untuk mencari seorang yang paling bijak di dunia. Ia ditugaskan untuk bertanya tentang rahasia kebahagiaan.

Kemudian bocah itu mengembara, menyeberangi gurun selama empat puluh hari hingga sampailah ia di sebuah istana yang indah yang berdiri tinggi di atas puncak gunung. Dan di sanalah orang bijak itu tinggal.

Tanpa mencari orang bijak itu terlebih dahulu, bocah itu langsung saja memasuki ruang utama istana. Di sana ia melihat macam-macam kegiatan: para pedagang datang dan pergi, orang-orang berbincang di sudut-sudut, orkestra kecil memainkan musik yang lembut, dan ada sebuah meja yang dipenuhi piring-piring makanan terlezat yang ada di belahan dunia.

Di sebuah sudut ruangan, bocah itu akhirnya menemukan Si Orang Bijak. Si Orang Bijak sedang bercakap-cakap dengan setiap orang, dan bocah itu harus menunggu selama dua jam sebelum akhirnya dia mendapat perhatian orang itu.

Saat bertatap wajah dengan Si Orang Bijak, bocah itu langsung menjelaskan tentang alasan dia datang. Sayang sekali, Si Orang Bijak berkata bahwa dia tidak punya waktu untuk menerangkan rahasia kebahagiaan. Dia menyarankan anak itu untuk melihat-lihat istana dan kembali dalam dua jam.

"Sambil kamu melihat-lihat, aku ingin kamu melakukan sesuatu untukku," kata orang bijak itu. Ia menyodorkan sendok kecil berisi dua tetes minyak. "Sambil kamu keliling, bawalah sendok ini tanpa menumpahkan minyaknya.'"

Bocah itu mulai naik turun tangga-tangga istana, dengan pandangan dan fokus ke arah sendok itu. Satelah dua jam, dia kembali ke ruangan tempat Si Orang Bijak berada.

"'Nah, apakah kamu melihat tapestri Persia yang tergantung di ruang makanku? Apakah kamu melihat taman yang ditata pakar pertamanan selama sepuluh tahun itu? Apakah kamu memperhatikan kertas kulit yang indah di perpustakaanku?'"

Bocah itu menggeleng dan mengaku dia tidak memperhatikan apa-apa. Perhatiannya hanya tertuju pada minyak di sendok itu supaya tidak tumpah, seperti yang dipercayakan Si Orang Bijak kepadanya.

"Kembalilah dan perhatikan istanaku yang mengagumkan ini," kata Si Orang Bijak. "Kamu tidak boleh mempercayai seseorang kalau kamu tidak tahu rumahnya."

Dengan lega, bocah itu mengambil sendok tadi dan kembali menjelajahi istana. Kali ini dia memperhatikan semua karya seni di atap dan dinding-dinding. Dia melihat taman-taman, pergunungan di sekelilingnya, bunga-bunga yang indah, dan mengagumi selera Si Orang Bijak atas segenap hal yang ada di sana. Sekembalinya dia ke Si Orang Bijak, dia mengungkapkan secara terinci semua yang dilihatnya.

"Tapi mana minyak yang kupercayakan padamu?", tanya Si Orang Bijak. Memandang ke sendok yang dipegangnya, anak itu melihat minyak tadi telah hilang. "Baiklah, hanya ada satu nasihat yang bisa kuberikan padamu," kata Si Orang Bijak itu.

"Rahasia kebahagiaan adalah melihat semua keindahan dunia, dan tak pernah melupakan tetesan minyak di sendok.'"
____

"Tetesan minyak" memiliki banyak arti dalam cerita ini.

Pertama, saya memaknainya sebagai waktu. Waktu berlalu dan tidak pernah berhenti. Waktu bak primadona yang tidak pernah menunggu, ia berjalan dan melalui banyak hal dengan acuh. Waktu adalah alat keangkuhan Tuhan untuk mengingatkan setiap insan bahwa tetap Dia-lah yang berkuasa. Tak ada yang bisa menghentikan atau membuatnya mundur. Saking berharganya waktu, banyak orang mencintai, menyembah dan takut padanya.

Kedua, makna yang saya ambil dari frase "tetesan minyak" ini bermakna tanggung jawab. Si Orang Bijak memberi tugas kepada bocah untuk membawa sendok kecil yang berisi minyak. Si Orang Bijak bisa kita analogikan sebagai Tuhan, jika konteksnya dibawa ke kehidupan manusia. Tuhan memberi tugas untuk setiap insan-Nya dan bukan hanya sekedar hidup saja. Tugas ini merupakan tanggung jawab setiap manusia untuk dijalani.

Sedangkan, frase "keindahan dunia" yang digunakan dalam cerita ini bisa berarti  sebagai makna yang tersurat.

Kita manusia, agar bahagia, diperintahkan untuk tidak melupakan tugas atau tanggung jawab kita sebagai manusia sambil melihat keindahan dunia. Agar bahagia, kita diminta untuk menyeimbangkan kehidupan, jasmani-rohani, spiritual, emosional, dan material.

Dan analisis saya sampai kepada "Tuhan, karena tidak mau menjejalkan apa saja tujuan hidup seorang manusia satu-persatu, dia pun membuat skenario yang berbeda-beda untuk setiap umat. Bagi yang optimis, bisa dikatakan Tuhan ingin agar umatnya mencari jalannya sendiri dan melalui semua proses ini sehingga mencipta manusia yang tangguh dan sabar. Tapi bagi yang skeptis dan pesimis, Tuhan adalah produser sekaligus sutradara yang bisa saja bilang "cut", mengganti dialog, properti atau bahkan mengganti pemain."

"And, CUT! That's a wrap, baby. That's a wrap!," seru Tuhan saat kita mati.