Dodol? Papandayan? Galunggung? Sunda? Aceng Fikri?
Well, puji syukur saya diberi kesempatan mengunjungi Garut dalam artian hampir semua kelurahan di Garut dan Tasikmalaya. Ada pekerjaan yang mengharuskan saya turun ke lapangan guna mengecek keabsahan kolega apakah benar telah menyentuh wilayah kerjanya atau bisa disebut koordinator area begitu deh.
Oh, saya dan suami membawa serta Arung menyusuri Garut-Tasikmalaya. Ribet? Ya iyalah! Persiapan "tempur" harus dua kali lipat kalau bawa baby. Juga sabar dan harus fokus, antara mengurus pekerjaan di lapangan dan mengurus anak. Karena ini pengalaman touring pertama buat Arung, jadinya dia masih suka rewel kalau emaknya lagi presentasi. Alhamdulillah, berkat kerjasama dengan suami, pekerjaan-pekerjaan kami selama di lapangan selesai dengan baik. Nanti saya tulis dalam postingan terpisah tips membawa baby untuk perempuan yang bekerja di lapangan. :)
Melintasi alam Garut-Tasikmalaya, berasa banget betapa luas dan besarnya Jawa Barat. Keindahan alam, kekayaan, dan kesuburan tanahnya patut membuat daerah lain iri. Sejauh mata memandang, hamparan hijau dalam bentuk sawah, pohon-pohon besar, gunung, dan bukit-bukit mendominasi indra penglihatan kami. Jalur perjalanan Tasikmalaya-Garut dan Garut-Tasikmalaya kami lewati setiap harinya. Jalanan yang ekstrim tidak menyurutkan bus-bus dan truk jumbo untuk melewatinya. Jalan longsor merupakan hal biasa di jalan Garut-Tasikmalaya via Salawu.
Saat otw ke Tasikmalaya via Salawu, jalanan sempat macet karena longsor. But the show must go on. Truk dan bus tetap aja melenggang pelan.
![]() |
| Jalan Garut-Tasikmalaya: Kiri Sawah, Kanan Jurang |
Airnya? Jangan ditanyalah. Tau kan rasanya pas kumur-kumur pakai Listeriene? Nah, pas mandi tuh rasanya kaya ada menthol Listerienenya gitu.
Jadi selama masa kerja yang hampir dua minggu, ada beberapa hari kami menginap di Desa Cigawir, Kampung Cianten di Garut. Kami menumpang di rumah teman, yang sebut saja G, yang dengan ramah dan sangat welcome menyambut kedatangan kami. Di rumah G, ibunya menyuguhkan makanan yang sebagian berasal dari tanahnya sendiri. Cabe rawit, terong, tomat, kol dan sayuran lainnya tinggal petik di pekarangan. Kami makan sambil memandang Gunung Halimun. Pedasnya sambal buatan ibu G menambah kenikamatan makan. Ditutup dengan menyeruput teh tawar. Beuh!
Saya bersyukur sekali atas apa yang saya lihat, dengar, baui, dan rasakan selama saya berada di Garut. The people was so nice hingga saya cepat akrab dengan mereka. Saking terbukanya dan percayanya mereka sama pendatang, ada yang nanya tips menghilangkan flek hitam di wajah. Dan dengan kekuatan googling, jadilah Ummi fatia, si dokter kulit jadi-jadian. Ga nyangka, tips yang saya baca dari sebuah web, diamalkan sama perempuan se-rt di dusun itu.
Terimakasih Garut atas keramahan alam dan manusianya.







